Monday 25 April 2016

Kado Istimewa



Sejak dulu aku telah berjanji suatu saat aku akan menghadiri pernikahan sahabat SMP-ku dulu Rizal. Aku yakin Rizal masih mengingatku sebagai sahabatnya 20 tahun yang lalu, meskipun dia sekarang sudah menjadi orang yang sukses dan kaya raya. Tapi dia adalah sahabatku dan aku yakin akan terus begitu. Meskipun sejak kami lulus SMP kami belum bertemu lagi sampai sekarang. Aku menelepon adik iparku untuk mencari tahu kapan pelaksanaan resepsi pernikahan Rizal.
“Halo… Bayu, kapan resepsi pernikahan Rizal?”
“Kalau nggak salah dengar minggu depan Kak Ranti,”
“Kok, kalau nggak salah dengar, kamu kan kerja di kantornya masa kamu nggak tahu. Oh iya, kamu dapet undangannya nggak?”
“Belum Kak, kayaknya undangannya belum disebar,”
“Ya sudah, kalau ada berita lagi tolong hubungi aku ya,”
“Iya Kak.”
Ckklik. Setiap hari aku memikirkan tentang pernikahan sahabatku itu. Rasanya aku senang sekali, kami akan bertemu lagi melepas rindu ngobrol bersama dengan Rizal dan istrinya. Entah apa yang membuatku sangat bahagia.
-3 hari
“Ya, halo?”
“Halo Kak, pernikahan Mas Rizal tanggal 18,”
“Oh, iya iya, sekarang tanggal berapa ya?”
“15 Kak,”
“Kok mendadak banget kamu ngasih tahu aku?”
“Iya Kak, baru tadi pagi saya dapat undangannya,”
“Baiklah, besok aku akan ke rumahmu,”
“Iya Kak, naik kereta aja biar cepat,”
“Iya iya, makasihya Bayu,”
“Iya Kak, sama sama.”
Malam ini aku langsung bersiap-siap untuk menuju rumah adikku besok pagi. Aku menunggu kedatangan kereta api yang menuju kota adikku.
“Assalamualaikum,” Sesampainya aku di rumah adikku.
“Waalaikiumsalam, Kak udah sampai? Kenapa nggak telepon, nanti kan mas Bayu bisa jemput Kakak,”
“Nggak usah lah Dewi, nanti tambah ngerepotin,”
“Ya udah masuk Kak.” aku masuk ke rumah adikku yang bisa dibilang lumayan besar.
“Loh, Kak Ranti kok sudah sampai?” Tanya Bayu.
“Alhamdulillah,”
“Kok nggak telepon saya, nantikan bisa saya jemput,”
“Nggak apa-apa, eh aku lihat undangan resepsi pernikahan Rizal dong,”
“Ini.” Kata Bayu sambil tersenyum kecut.
Sepanjang hari aku berpikir apa yang bisa aku berikan kepada Rizal di hari pernikahannya besok, aku terus memutar otakku untuk mengingat apa yang sangat Rizal sukai. Ya, sekarang aku ingat Rizal sangat menyukai kue lapis buatanku 20 tahun yang lalu.
“Kak apakah Kakak yakin akan datang ke resepsi pernikahan Mas Rizal?”
“Iya lah Dewi, memangnya kenapa?”
“Semua orang pasti berubah kan apa lagi dalam jangka waktu 20 tahun?”
“Maksud kamu Rizal? Tapi dia sahabatku Wi,”
“Tapi sepertinya kita tidak bisa terlalu berharap Mas Rizal masih mengingat Kakak,”
“Aku yakin dia tidak berubah,”
“Ya sudahlah.”
Aku mempersiapkan bahan-bahan untuk membuat kue lapis yang akan ku berikan kepada Rizal. Ya, hari ini aku sangatlah senang karena hari ini adalah hari pernikahan sahabatku Rizal. Hadiah yang kemarin aku persiapkan aku masukkan ke kotak kue dan aku bungkus dengan sangat rapi, tak lupa sebelum aku bungkus aku beri kertas yang bertuliskan Ranti, aku berharap saat Rizal membuka kado ini dia akan mengingatku, sahabat SMP-nya dulu. Aku datang ke resepsi pernikahan Rizal bersama Dewi dan Bayu.
“Maaf Mbak, kadonya bisa dititipkan kepada saya,”
“Oh iya Mbak, tapi tolong naruhnya jangan sampai terbalik nanti isinya bisa rusak,”
“Baik Mbak, terima kasih, silahkan masuk.”
Acaranya belum dimulai tapi jantungku sudah sangat berdebar, menandakan sangat senangnya aku. Akhirnya setelah menunggu acaranya pun dimulai. Dan di penghujung acara para tamu dipersilahkan memberi ucapan selamat kepada pengantin. Inilah yang aku tunggu-tunggu hatiku berdebar sangatlah cepat aku, aku berdiri di antara orang-orang yang berbaris rapi untuk memberi selamat kepada pengantin. Dan sampailah pada giliranku untuk memberi selamat kepada pengantin. Pertama aku memberi selamat kepada ayah dan ibu Rizal.
“Selamat ya om. Saya Ranti om masih ingat?”
“Ya, ya terima kasih..”
Dan akhirnya ini adalah kesempatanku memberi selamat kepada Rizal.
“Rizal, selamat ya ini aku Ranti, kamu masih ingat aku kan?”
“Iya iya terima kasih”
“Aku sahabat kamu waktu SMP. Ya ampun aku seneng banget waktu dengar kamu mau menikah,”
“Iya iya terima kasih,”
“Kita bisa kan nanti ngobrol-ngobrol lagi?”
“Baik, baik,”
“Sekali lagi selamat ya Rizal,”
“Iya terima kasih.”
Aku pun beranjak pergi setelah selesai memberi ucapan selamat, karena orang-orang yang antre untuk memberi ucapan selamat mulai resah karena antrean berhenti.
-7 hari
“Hai… Rizal lagi buka-buka kado pernikahan nih ya?”
“Iya nih bro, bantuin dong,”
“Yang penting ada imbalan dong?”
“Gampang ambil aja,”
“Sip… Kunci mobil ada nggak?”
“Ada 5,”
“Amplop, amplop,”
“Langsung transfer.”
“Wlllekkkk…. Bau apaan nih lo nyimpan bangkai ya?”
“Enak aja lo ngomong ya nggak lah,”
“Baunya dari kado ini nih. Kayaknya udah busuk deh isinya,” Kata teman Rizal sambil mengangkat sebuah kado.
“Coba lo buka,”
“Ada namanya Rraan-rani-ratti siapa sih udah rusak tulisannya nggak bisa dibaca,”
“Bii. Bi.. Bi Ati cepat sini,”
“I-iya den Rizal ada apa?”
“Lama amat sih? Nih,” Rizal sambil memberikan kado yang berbau busuk tadi.
“Mau disimpan di mana den?”
“Simpan, buang!!”
“Baik den.”

No comments:

Post a Comment